Sabtu, 24 Mei 2008

Nikmatnya Hari, Kekasih

Nikmat adalah salah satu kondisi yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Nikmat harus ada di setiap kegiatan manusia dan untuk mencapai kondisi "nikmat" manusia tidak jarang mau membayar lebih.

Bagi manusia, makan tidak hanya sekedar kenyang atau terpenuhi kebutuhan za-zat makanan, yang tidak kalah penting adalah "nikmatnya makan". Berkendaraan tidak hanya sampai pada satu tempat dengan aman, nyaman & selamat, yang tidak kalah penting "nikmatnya berkendaraan". Rumah tidak hanya aman & nyaman, yang tidak kalah penting "nikatnya berdiam di rumah tersebut". dan sebagainya.

Satu faktor penentu suatu aktifitas atau kegiatan bisa menjadi "suatu kenikmatan" adalah "Kekasih". Suatu kegiatan atau aktifitas akan terasa nikmat jika dilakukan bersama "kekasih"

Makan, walau makanannya lezat, tempatnya eksotis, tidaklah nikmat jika makan tanpa kekasih, kita akan merasa sendiri walau di tengah keramaian. Sebaliknya walau makanannya sederhana di tempat yang sederhana pula akan jauh terasa nikmat jika makan bersama kekasih.

Begitu juga, rekreasi di pantai, walaupun pantainya indah, tidaklah nikmat jika tanpa kekasih, kita akan merasa sendiri walau pantai itu sangat ramai. Kita tidak akan betah berlama-lama di pantai itu, "sendiri di tengah keramaian"

Sebaliknya, pantai yang sepi jauh dari keramaian akan sangat mengasyikkan jika bersama kekasih, dan sangat mungkin kita akan lupa akan waktu. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan, ada banyak permainan yang dibuat.

Kekasih adalah orang yang tempat kita memberi & diberi tanpa pamrih, keinginannya hanya satu kebahagian bersama. (lihat Kasih & sayang). Ia bisa orang tua, paman atau bibi, kakek atau nenek, saudara kandung, sepupu, teman, sahabat karib, sahabat istimewa, tetangga, dan tentunya suami atau istri.

Dari semua kekasih tadi mempunyai batas-batas, hanya suami atau istri yang hampir tak berbatas. Apa saja bisa diberi dan diminta kepadanya. Kapanpun kita bisa memberi dan meminta kepadanya. Di ruang manapun, termasuk ruang yang paling pribadi. Sang kekasih selalu siap.

Jika Suami atau istri adalah kekasih,

maka

ia adalah kekasih tak berbatas,

dengannya

Hari menjadi Sangat Nikmat.

dr. Untung Sentosa, MKes

www.tagged.com/sejoli

Minggu, 18 Mei 2008

Masalah, Siapa Takut !!!!!

Masalah

Kita semua pasti punya masalah, dan sedang bermasalah.

Baik kecil, sedang, besar bahkan berbahaya.

Sebenarnya ada cara gampang menyelesaikan masalah.

Masalah adalah suatu kondisi dimana kenyataan tidak sesuai dengan keinginan, atau suatu kemungkinan bahwa sesuatu yang akan terjadi akan tidak sesuai dengan keinginan.

Karena akar dari timbulnya masalah adalah adanya keinginan, maka cara gampang menyelesaikan masalah adalah dengan membuang semua keinginan.

Tidak makan, tidak masalah. Tidak berbaju, tidak masalah. Tidak mempunyai rumah, tidak masalah. Tidak ada apa-apa, tidak masalah. Dipukul orang, tidak masalah. dsb. Hanya hewan & tumbuhan yang tidak mempunyai keinginan. Manusia yang tidak mempunyai keinginan berarti ia sedang menderita gangguan jiwa.

Hanya orang gila yang tidak mempunyai masalah.

Sebuah prestasi, sukses atau kemenangan selalu dimulai dari masalah.

Tidak ada masalah berarti tidak prestasi.

Prestasi sangat penting bagi kehidupan manusia

Oleh karena itu, tidak mengherankan manusia sering membuat atau mencari-cari masalah.

Oleh karenanya, jika kita mempunyai masalah

maka berbahagialah karena kita sudah mempunyai langkah pertama dan utama untuk berprestasi, berupa menyelesaikan masalah.

Namun, tidak jarang penyelesaian suatu masalah ditentukan oleh orang lain, sehingga penyelesaiannya tidak kunjung datang.

Janganlah ini membuat terlalu berduka.

Bukankah masih banyak masalah-masalah lain yang sudah terselesaikan.

Bukankah masih banyak kesuksesan-kesuksesan lain yang sudah dinikmati.

Namun bukan berarti kita masalah tersebut.

Kita sadari ada masalah & terus berupaya menyelesaikannya.

Tapi tidak mengganggu kenikmatan hidup yang lain.

"Hidup untuk dinikmati"

Kekalahan yang Sukses

Pernah melihat orang yang kalah judi buntut, bersedih atas ketidak-berhasilannya menebak angka? Hampir tidak pernah pejudi buntut yang bermurung atas atas ketidak-berhasilannya itu. Justru sebaliknya, mereka malah bercerita dengan bangganya bahwa mereka hampir berhasil menebak, entah angka tebakannya terbalik, kurang satu angka dll.

Bagaimanakah perasaan anggota suatu kesebelasan sepak-bola suatu desa mendapat tawaran bertanding dengan kesebelasan tingkat dunia? Apakah mereka akan menerima tawaran tersebut? Mereka kan pasti akan kalah. Kita yakin sangat mungkin mereka akan menerima tawaran walaupun dapat dipastikan mereka akan kalah.

Kekalahan menghadapi kesebelasan tingkat dunia bagi mereka bukanlah suatu hal menyedihkan. Pertandingan tersebut walaupun berakhir dengan kekalahan bagi mereka, justru bagi mereka pertandingan tersebut adalah suatu sangat menggembirakan.

Kekalahan tidak selalu berarti kegagalan, para penjudi buntut telah merubah kriteria kesuksesan dari "benar menebak" menjadi "hampir benar menebak". Karena mereka tahu, kemungkinan mereka untuk menebak angka dengan benar, sangat kecil.

Begitu juga kesebelasan desa tersebut, mereka telah merubah kriteria kesuksesan dari menang (seperti lazimnya peserta pertandingan) menjadi bisa bertanding & berfoto dengan kesebelasan tingkat dunia. Karena mereka sangat yakin mereka tidak akan memenangkan pertandingan.

Mereka tentu memahami, Prestasi = f[motivasi x kompetensi x kesempatan]. Sebuah prestasi ditentukan oleh seberapa berartinya sebuah prestasi tersebut, bagaimana kemampuan yang dimiliki dan adakah kesempatan untuk berprestasi. "Benar menebak" atau "memenangkan pertandingan" jelas tidak akan tercapai. Oleh karenanya mereka merubah kriteria prestasi menjadi "hampir benar menebak" atau "bisa bertanding" sesuai dengan kompetensi (kemampuan) yang mereka miliki.

Jadi jika kita sedang mengalami kekalahan, jangan langsung bersedih, coba hitung kembali, karena boleh jadi itu sebenarnya sebuah kesuksesan namun jadi tampak kegagalan karena kita telah membuat kriteria prestasi yang lebih tinggi dari kompetensi yang kita miliki dan juga kesempatan yang ada. Kekalahan yang tersembunyi. Kekalahan yang Sukses

Selasa, 29 April 2008

"The Priceless a cup of cofee"

Ketika kita bertamu ke rumah seseorang. Biasanya, Tuan rumah bertanya kepada tamunya, minuman yang diinginkan, dan kemudian terhidanglah minuman tersebut. Minumanmungkindibuat oleh tuan rumah sendiri ataupun suruhannya. Apa yang terjadi, setelah selesai urusan kita-pun pamit, jika kita memberi sejumlah uang kepada tuan rumah yang kita nyatakan sebagai pengganti minuman yang ia sediakan? .... Marah atau paling tidak gusar karena menahan amarah.

Mengapa tuan rumah marah? Apakah tuan rumah tidak senang atau marah karena jumlah uang yang diberikan kepadanya sebagai pengganti secangkir minuman tersebut kurang mencukupi? Berapakah harga secangkir minuman tersebut?

Tuan rumah tidak berharap balasan apapun atas secangkir minuman yang diberikannya, yang diharapkannya adalah sang tamu meminum minuman tersebut dan senang atas minuman tersebut. Dan Tidak semua orang akan diberi minuman tersebut walaupun orang-orang tersebut mampu untuk memberi uang seharga umumnya minuman tersebut atau bahkan lebih. Tidak ada satupun yang dapat menggantikan minuman tersebut walaupun dengan minuman yang sama.

Dengan kata lain, nilai secangkir minuman tersebut adalah tak ternilai. Tuan rumah tersebut tidak senang atau marah karena sang tamu telah merendahkan/menjatuhkan nilai secangkir minumannya dari "tak ternilai" (priceless) menjadi "bernilai".

Suatu pemberian yang tak ternilai tanpa mengharapkan balasan suatu apapun kecuali kegembiraan yang menerima pemberian tersebut, pemberian tanpa pamrih, atau pemberian yang tulus, disebut dengan kasih atau "Altruist".

Kasih menjadikan sebuah pemberian menjadi bernilai "tak ternilai", walau hanya secangkir kopi

Pengakuan yang Tulus

Seorang Ayah yang memiliki kekayaan yang begitu banyak, sehingga hampir-hampir saja bisa membeli semua yang ada di muka bumi ini. Sang ayah mempunyai seorang anak yang mempunyai kegemaran & prestasi dalam bidang musik. Namun sayangnya akhir-akhir ini beberapa konser sang anak sepi penonton.Hal ini terjadi karena selera penonton berubah.

Karena rasa iba, tanpa sepengetahuan anaknya, sang ayah melalui orang lain, membentuk suatu panitia untuk mengelar konser tunggal bagi sang anak. Segala biaya ditanggung sepenuhnya oleh Sang ayah, termasuk biaya untuk menghadirkan penonton, berupa : biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, insentif dan termasuk uang untuk membeli karcis masuk konser. Kepada "œpenonton" ini diberi tugas untuk bertepuk-tangan memberi semangat kepada sang anak, terutama pada waktu akhir sebuah lagu.

Hari konser tiba, stadium penuh sesak dengan penonton, tampak "disponsori" oleh beberapa perusahaan, termasuk perusahaan-perusahaan terkenal.

Konser dimulai, riuh rendah dengan tepuk tangan dan sorak-sorai penonton hingga usai. Sang Anak tampak sangat gembira.

Namun sayang, beberapa hari setelah konser, rahasia sang Ayah diketahui oleh sang Anak. Sang Anak meminta penjelasan kepada ayahnya. Sang Ayah membenarkan dan menceritakan semua peristiwa.

Bagaimanakah perasaan sang Anak? Gembira?

Tidak, perasaan Sang Anak justru campur aduk antara sedih dan marah. Kecewa.

Mengapa sang anak kecewa? Bukankah konsernya sukses, seperti yang ia harapkan. Penonton penuh dan meriah.

Kekecewaan timbul karena ternyata penontonnya adalah penonton bayaran, bukan penonton yang sebenarnya, yaitu : orang yang berkorban waktu, tenaga dan uang, orang yang bersusah-payah datang untuk mengakui, dan mengelu-elukan kebisaan/kebagusannnya menyanyi tanpa mengharap mendapat balasan dalam bentuk apapun dari penyanyi kecuali dapat melihat dan mendengar walaupun mungkin dari kejauhan. Pengakuan yang diberikan penonton tersebut bukanlah pengakuan yang tulus.


Sebuah prestasi atau Kesuksesan hanya akan nikmat jika ada pengakuan yang tulus.

Oleh karena itu, agar Hari ini nikmat, minimal kita memiliki seorang kekasih yang selalu siap memberi dengan ketulusan, salah satunya adalah pengakuan yang tulus atas suatu kesuksesan.